4. SECARA LANGSUNG MENOLONG YATIM PIATU
Walaupun hal ini harus mengeluarkan harta atau materi, namun tidak mesti
dalam jumlah yang banyak, sesuai dengan kemampuan Kita.
Kita sering melihat berita dalam surat
kabar yang menyerukan agar Pembaca mem-beri-kan sumbangan bagi penderita
bencana alam dan sebagai-nya. Atau menolong Seseorang yang cacat dan sebatang
kara, hingga mengemis di jalan. Atau Seseorang yang sakit parah tanpa Sanak Saudara,
sakit dan sengsara, harus di-tolong. Hal-hal yang menyedihkan se-macam di atas
dapat di-temui di-mana saja.
Bagi Orang yang agak mempunyai hati
simpatik, pasti akan merasa iba dan kasihan, oleh karena-nya tidak sedikit Orang
yang ter-gerak hati-nya lalu mengumpulkan sumbangan lewat surat kabar untuk di-terus-kan
ke tangan si penderita.
Orang-orang ini sedang membajak sawah Kebajikan, menanam benih Kebaikan
bagi masa depan-nya sendiri.
Seperti yang telah di-urai-kan di-atas bahwa mem-beri-kan Amal bukan-lah
di-ukur dari banyak sedikit-nya “UANG” yang di-keluar-kan, tetapi dari
kesungguhan dan tidak-nya hati kita.
Jadi di-sesuai-kan dengan kemampuan masing-masing, asal-kan si Pengamal
setiap ada kesempatan melakukan-nya, besar-lah Pahala-nya.
Bila mungkin langsung di-terima-kan
pada si penderita, dengan menyaksikan penderitaan-nya akan lebih mengetuk hati
nurani Kita, memupuk hati welas asih, ini-lah hati Buddha.
Menyumbang se-baik-nya tidak men-cantum-kan Nama Kita, Kita me-lepas-kan
Budi tanpa ada pamrih meminta balasan, agar yang menerima tidak meng-ingat-ingat
di hati-nya, Pahala-nya lebih besar, ini-lah yang disebut: “Kebajikan Tanpa
Wujud”.