BAB 1 -
BAGAIMANA TERJADI-NYA BAlK DAN BURUK-NYA NASIB
BAGAIMANA TERJADI-NYA BAlK DAN BURUK-NYA NASIB
Ada yang
mengatakan bahwa : Bayi
yang begitu di-lahir-kan dan meninggalkan rahim Ibu-nya, lalu menangis, tatkala itu telah
di-tentu-kan nasib-nya. Para Peramal nasib justru ber-dasar-kan hari dan saat lahir itu-lah untuk meramal ber-bagai macam nasib-nya.
Bahagia tidak-nya hidup ini sepenuh-nya tergantung dari
pemberian Sang PENGUASA ( pemeran
pokok yang menguasai itu ternyata nasib Manusia ). Padahal
jarak antara kaya dan miskin Orang
itu ternyata sangat besar skala-nya.
Jadi Anugerah PENGUASA
bukan-kah sangat tidak
adil ?
Bagi Orang yang melarat, terkadang
akan ber-tanya pada-Nya : “Mengapa Orang
lain ber-jaya dan
selalu berhasil, sedangkan aku ter-lunta-lunta ?”
Bagi Orang yang gagal dalam Perkawinan-nya, di-kala gelisah dan tak dapat tidur, ia pun akan ber-tanya pada diri-nya : “Mengapa Orang lain hidup rukun dan bahagia
sampai tua, sedangkan aku di-sia-sia-kan ?”
Bagi Orang yang di-rongrong penyakit, maka
dalam penderitaan-nya
dan di-kala ia bertemu
dengan Orang yang sehat,
ia pun akan ber-gumam pada diri-nya : “Mengapa Orang lain sehat dan ber-usia panjang, sedangkan aku menderita
penyakit ?”
Bahkan ada Orang yang mem-baca koran, melihat berita
musibah tak terduga, sambil menarik napas panjang akan ber-kata : “Mengapa ia men-dapat-kan pengaturan Tuhan yang sedemikian tak mujur-nya
?”
Berbagai pertanyaan
se-macam ini, pada umum-nya Para Penujum akan men-jelas-kan-nya dengan “Teori IM YANG WU SING”.
Kata-nya: “Hal ini
telah di-takdir-kan karena waktu lahir yang
baik atau jelek”.
Tetapi ada-kah Orang yang mem-per-soal-kan lebih jauh : “Mengapa ada Orang
yang waktu lahir-nya
baik, dan ada pula yang buruk ? Apa-kah demikian tidak adil-nya suratan takdir ?”.
Untuk
mempelajari sumber atau cikal
bakal teori “NASIB” ini secara tuntas, harus mengerti “Tri Masa Karma” dalam Ajaran Buddha. Apa hubungan-nya antara “Tri Masa Karma”
dengan “Nasib”? Ternyata teori nasib men-dasar-kan diri pada pirinsip “Sebab
dan Akibat”. “Tri Masa Karma” merupakan satu-satu-nya cara untuk meneropong saat sebelum kelahiran
pada Masa kini, dapat
di-mengerti dengan
jelas tentang satu proses pergantian (siklus) ialah “sebab” pada sebelum kelahiran di Masa kini dan
“Akibat” setelah di-lahir-kan.
Demikian-lah “Sebab dan Akibat” ini ber-langsung, terjadi-lah “Masa Lalu” (Masa Sebelum-nya). “Masa Kini (Sekarang)” dan “Masa yang akan datang”.
Demikian-lah Hukum ke-tiga Masa ini, jadi satu-satu-nya cara untuk memperbaiki
nasib ialah ber-dasar-kan Hukum
perputaran ini.
Kitab “Sebab Akibat” dan Agama Buddha memiliki 4 baris Ayat Suci yang paling ber-sifat prinsipil :
“Untuk mengetahui sebab pada Masa yang lalu, ialah melihat
pada apa yang di-terima-nya pada Masa kini, itu-lah sebab-nya. Untuk mengetahui akibat pada Masa yang akan
datang, ialah melihat pada apa yang telah di-per-buat-kan pada Masa kini, itu-lah Akibat-nya”.
Tegas-nya, benih apa
yang Anda tanam pada Masa lalu, Masa kini Anda akan memetik buah-nya. Dan benih apa yang Anda tanam pada Masa kini, maka pada Masa yang akan datang Anda akan memetik atau menerima buah-nya.
Dalam Ajaran Buddha,
pada ”Keng Su Cen le Yu Bo Se Suo Wen Cing” meng-urai-kan dengan jelas tentang Hukum Karma.
Di-bawah ini kutipan dari beberapa
makna yang telah di-terjemah-kan mengenai berbagai karma yang di-terima.
Dalam Dunia terdapat Pria dan Wanita yang ber-hati kejam. Tangan-nya meng-genggam senjata dan mem-bunuh tanpa rasa kasihan,
tanpa rasa menyesal, atau ia lakukan dengan sendiri maupun menyuruh Orang lain sama saja Dosa dan
Akibat-nya. Setelah ia
meninggal nanti ia akan di-lempar
ke-bawah Neraka dan di-siksa, setelah usai hukuman-nya, ia akan men-jelma kembali sebagai Manusia. Andai-kan ia ber-wujud Manusia ia akan ber-umur pendek, atau ia ber-penyakit-an, tak ada hari-hari yang gembira dan
bahagia, “Karena Sebab-nya Mem-bunuh maka mendapat Akibat Ber-umur Pendek”.
Dalam Dunia terdapat Pria dan Wanita yang ber-hati baik, tidak meng-genggam senjata, tidak mem-bunuh dan penuh dengan hati yang welas serta
punya rasa menyesal. Kelak setelah ia meninggal, ia akan masuk ke Alam Dewa dan men-dapat-kan Kebahagiaan, setelah Jasa Pahala-nya habis maka ia akan lahir
kembali dalam Dunia dengan
usia yang panjang. “Karena Sebab-nya tidak Mem-bunuh maka men-dapat-kan Akibat Ber-usia Panjang.”
Ada pula Pria dan Wanita yang meng-guna-kan tongkat dan batu, memukul dan melukai Makhluk hidup, ketika ia meninggal
dunia, maka ia akan di-siksa
dalam Neraka, setelah
usai hukuman-nya, ia
akan ter-lahir sebagai Manusia yang ber-penyakit-an. ”Di-sebab-kan karena melukai Makhluk hidup maka akibat-nya ia ber-penyakit-an”.
Ada pula Pria dan Wanita yang sering timbul dendam, gusar
dan sirik, banyak kesalahan dilakukan, ketika ia meninggal dunia maka ia akan
di-siksa dalam Neraka, setelah usai hukuman-nya ia akan lahir kembali
sebagai Manusia dengan
wajah yang buruk. ”Karena
sebab-nya marah dan
dendam maka akibat-nya ber-wajah buruk”.
Ada pula Pria dan Wanita yang me-lihat Orang lain men-dapat-kan keuntungan atau men-dengar Orang
lain men-dapat-kan sesuatu yang meng-gembira-kan, lalu ia meng-guna-kan kekuasaan-nya
untuk meng-halangi agar
Orang itu tidak bisa
men-dapat-kan-nya. Ketika ia meninggal dunia maka ia
akan di-siksa dalam Neraka, setelah usai hukuman-nya, andai-kan ia bisa men-jelma kembali menjadi Manusia, maka apa yang ia cita-cita-kan dan ingin-kan sering tak ter-capai dan banyak halangan-nya. “Dengan Sebab Menghalangi Keberuntungan Orang lain, ia men-dapat-kan akibat hambatan-hambatan
dalam perjalanan hidup-nya”.
Ada pula Pria dan Wanita yang tidak mau meng-hargai Orang yang seharus-nya ia hargai dan hormati, yang seharus-nya ia rawat tetapi tidak ia rawat, sering
timbul tinggi hati dan sombong, ketika ia meninggal dunia, maka ia akan di-siksa dalam Neraka, setelah usai hukuman-nya, andai-kan ia bisa men-jelma kembali sebagai Manusia, pasti-lah ia akan menjadi Orang rendah dan tidak di-hargai Orang. “Di-sebab-kan oleh tidak meng-hargai Orang lain dan sombong, ia men-dapat Akibat menjadi orang yang Rendah dan Hina.”
Ada Pria dan Wanita yang meng-hargai dan meng-hormati Orang yang seharus-nya ia hargai dan hormati, Orang yang seharus-nya
ia rawat dan ia merawat-nya,
dengan senang hati dan tidak sombong, ketika ia meninggal dunia, maka ia akan masuk ke Alam
Dewa, setelah usai karma hidup di Alam Dewa, ia akan lahir kembali sebagai Manusia, maka ia akan men-dapat penghargaan. “Dengan Sebab Meng-hormati dan Meng-hargai Orang lain, maka men-dapat-kan Akibat Di-hormati dan Di-hargai”.
Ada Pria dan Wanita yang ber-hati kikir, ia tidak mau mem-bantu dengan materi pada Orang miskin, pun tidak mau mengobati
dan mem-beri-kan obat pada Orang sakit lagi miskin, atau
ia sering ber-hati tamak ingin memiliki
harta Orang lain, maka
ketika ia meninggal dunia ia akan di-siksa dalam Neraka,
setelah usai hukuman-nya
andai-kan ia bisa lahir
kembali sebagai Manusia,
ia akan hidup miskin dan susah. “Dengan Sebab Kikir dan Tamak, maka men-dapat-kan Akibat Kemiskinan.”
Ada Pria dan Wanita yang ber-murah hati sering mem-bantu Orang miskin dengan materi dan sandang
pangan, sering meng-obati
Orang sakit lagi
miskin, tidak tamak dan tidak ingin memiliki harta Orang lain, ketika ia meninggal ia akan
masuk ke Alam Dewa. Setelah usai Jasa Pahala
karma baik-nya, maka ia
akan lahir kembali ke Dunia
sebagai Manusia, dengan
harta yang melimpah. “Dengan Sebab tidak kikir dan tidak tamak maka akan men-dapat-kan Akibat Kekayaan dan
Kemuliaan”.
Demikian-lah beberapa contoh yang ku-petik dari Paritta (Keng) tersebut di-atas. Jelas-nya,
uraian tentang Hukum Sebab Akibat ialah :
Apa yang kau tanam itu-lah
yang akan kau petik, yang mem-bunuh
akan ber-umur pendek, yang
ber-hati kikir dan
tamak pasti-lah
melarat. Yang tidak meng-hargai
Orang lain men-dapat-kan akibat menjadi Manusia rendah dan hina, yang melukai Makhluk hidup menerima karma
ber-penyakit-an, yang meng-halangi keberuntungan Orang lain, ia men-dapat-kan halangan dalam perjalanan hidup-nya.
Hukum Karma itu
adalah ADIL dan semua balasan-nya adalah di-sebab-kan oleh perbuatan kita
sendiri.
Selain itu
Hukum Perputaran (siklus) dalam karma masih banyak lagi bagian-bagian yang
lain, misal-kan siklus saling balas dendam, Balas Budi dan Terima
Budi dan sebagai-nya.
Tak sedikit
pula perputaran karma yang ber-wujud pada Masa hidup ini. Perbuatan baik atau
buruk yang di-per-buat pada Masa hidup ini, langsung men-dapat balasan pada Masa ini. Perbuatan baik akan
menerima baik, dan buruk akan menerima yang buruk.
Ada pula yang
setelah lewat beberapa Masa
kehidupan baru-lah
menerima karma-nya, hal
ini akan di-tentu-kan oleh banyak atau sedikit-nya karma baik atau buruk yang ia
kumpul-kan.
* * * * * * * * * * *