BAB 2 -
SIAPA YANG BER-PERAN POKOK MENGUASAI NASIB ?
APA HAKEKAT YANG POKOK DARI PERBAIKAN NASIB ?
SIAPA YANG BER-PERAN POKOK MENGUASAI NASIB ?
APA HAKEKAT YANG POKOK DARI PERBAIKAN NASIB ?
Siapa-kah sebenar-nya penentu nasib ? Benar-kah Thian Tuhan telah menetapkan nasib Manusia ada yang kaya dan miskin, ada
yang mulia dan hina ?
Padahal dalam
Hukum Perputaran Karma telah dengan jelas menerangkan pada Kita
: Penentu nasib yang sejati tak lain dan tak bukan adalah diri Kita sendiri. Sebab semua-nya adalah perbuatan Kita dan di-tanggung oleh Kita sendiri.
Pada Masa ini Anda ber-hati kejam, mem-bunuh Makhluk hidup, hal itu telah menentukan
bahwa pada Masa yang
akan datang Anda akan
ber-usia pendek, atau
banyak penyakit, hidup tanpa ketentraman dan kegembiraan.
Pada Masa ini Anda berusaha sekuat tenaga meng-halangi keberuntungan atau kepentingan Orang lain, ini telah
menetapkan nasib Anda
di Masa mendatang penuh
hambatan atau halangan
dalam perjalanan hidup-mu.
Pada Masa ini Anda ber-sikap sombong dan sering meng-hina Orang lain, hal ini telah menetapkan
nasib Anda pada kelahiran
di Masa yang akan
datang sebagai Orang
yang hina dina.
Pada Masa ini Anda ber-hati jahat dan kikir, tidak mau menolong yang sakit dan
miskin, ini telah menetapkan Anda
pada kelahiran di Masa
yang akan datang ber-nasib
miskin dan menderita.
Pada Masa ini Anda ber-murah hati, sering membantu baik
moril atau material pada si miskin dan si sakit, ini telah menentukan pada Masa kelahiran yang akan datang Anda ber-nasib kaya dan mulia.
Jadi semua-nya ini adalah
Anda sendiri-lah yang telah menetapkan
nasib Anda sendiri. Siapa lagi kalau bukan Kita sebagai Penentu Nasib itu. Siapa pun
tidak dapat me-maksa-kan nasib pada
Anda, semua-nya adalah perbuatan sendiri
dan di-alami-nya sendiri. Dan
nasib Anda pada Masa ini adalah
perputaran karma yang Anda per-buat pada kelahiran di masa yang lalu, ini adalah nasib yang
telah Anda tentu-kan sendiri.
Banyak Orang ber-tanya pada saya : “Di masa ini aku ber-hati baik, sering mem-bantu Orang
lain, tetapi mengapa aku ber-nasib
buruk dan malah sering di-benci
Orang lain ?”
Tak sedikit
pula yang ber-kata : “Pada Masa ini aku telah ber-Amal banyak, dan selalu ber-sikap baik pada Orang lain, mengapa nasib-ku tetap banyak halangan ?
Sering ku-lihat Orang lain ber-hati kejam, bahkan dengan segala cara
untuk merugikan kepentingan Orang
lain demi keuntungan-nya
sendiri, mengapa ia semakin jaya ?”
Sebenar-nya apa yang di-per-buat sekarang belum tentu akan segera
menerima akibat-nya,
ada yang setelah Masa tua-nya baru-lah menerima akibat-nya, kebanyakan-nya di-terima pada Masa kelahiran yang akan datang.
Dan apa yang
di-terima-nya pada Masa sekarang, justru kebanyakan adalah
“BENIH” atau “SEBAB” yang telah ia tanam pada
masa yang lalu, tepat-nya
seperti hutang-piutang.
Pada Masa kini Orang ber-buat baik, se-balik-nya malah ia di-benci, ini di-sebab-kan karena ia pada masa yang lalu ber-buat serupa,
mem-balas Kebaikan dengan
kejahatan, jadi ia telah ber “HUTANG” pada Masa yang lalu,
pada Masa kini ia akan merasakan hal yang
serupa, arti-nya mem-bayar Hutang-nya. Setelah hutang ini impas, baru-lah ia akan
menerima balasan karma “Ber-hati Baik”.
Pada masa ini jalan hidup-mu banyak hambatan, ini justru di-sebab-kan karena kamu pada kelahiran di Masa yang lalu,
sering meng-guna-kan berbagai
cara untuk merugikan kepentingan Orang lain dan itu-lah sebab-nya kamu Ber-hutang, setelah hutang itu lunas, baru-lah menerima
balasan karma baik yang sesuai dengan perbuatan baik yang telah kamu per-buat.
Orang yang
kini kaya dan jaya, ini di-sebab-kan pada Masa kelahiran yang lalu telah menanam
benih Kebajikan dan pada
Masa kini ia menerima
karma baik-nya, bila
“karma baik” ini telah usai, baru-lah ia akan menerima pembalasan “Ber-hati Kejam”, “Merugikan Orang lain” yang telah ia per-buat pada masa ini.
Bila HUTANG yang di-buat-nya pada Masa yang lalu itu besar,
maka waktu pelunasan “HUTANG” juga lebih lama, jika “HUTANG” pada masa lalu itu
ringan, maka masa pelunasan “HUTANG” menjadi lebih pendek. Ini adalah sangat adil.
Jadi waktu
perputaran balasan karma itu tidak sama, ada yang dalam beberapa Tahun di Masa ini sudah menerima, ada yang setelah beberapa
puluh Tahun, ada pula
yang menerima di Masa
kelahiran mendatang, ada pula yang setelah 2 atau 3 Masa kelahiran yang akan datang baru-lah ia men-dapat-kan balasan-nya.
Jangan lupa sebuah Hukum Perputaran yang
sangat penting : Orang yang
menanam terlalu banyak “BENIH KEJAHATAN”, maka di-sebab-kan karena HUTANG yang sangat berat, maka kemungkinan Orang ini akan di-lahir-kan sebagai Hewan Ber-tanduk pada Masa mendatang, kemungkinan akan melalui karma Hewan untuk beberapa Masa kelahiran, baru-lah ia akan lahir sebagai Manusia lagi.
Ter-kadang timbul pula gejala
“Menetralisir” Hukum Perputaran karma, misal-nya :
Benih kebajikan yang di-tanam pada Masa kelahiran yang lalu, seharus-nya pada Masa ini ia akan menerima rezeki selama 10 Tahun, namun karena pada Masa ini ia menanam BENIH
KEJAHATAN, hal ini meng-akibat-kan rezeki-nya ber-kurang beberapa Tahun.
Sebalik-nya jika pada Masa lalu telah menanam benih kejahatan, seharus-nya pada Masa ini harus menerima karma
jelek-nya beberapa Tahun, tetapi
pada Masa ini ia telah banyak ber-buat Kebajikan, maka hukuman karma
itu akan ber-kurang pula beberapa Tahun.
Jika Kebajikan yang
dilakukan pada Masa ini terus ber-tambah, ini pun dapat meng-hapus akibat
dari karma kejahatan yang di-terima-nya. Cara “Menambah dan Mengurangi” se-macam ini
harus-lah di-lihat dari
mana yang lebih berat antara “Kebajikan” dan “Kejahatan”, hal ini dapat di-ibarat-kan seperti timbangan.
Ini-lah hakekat dari pada “Nasib
aku sendiri yang mem-buat, rezeki aku pula yang mohon”.
Ini pula dasar
pandangan (cara) memperbaiki nasib. Jika kita telah mengetahui bahwa pada masa
lalu itu, Kita, baik
secara sengaja maupun tidak telah melakukan Kebajikan atau kejahatan, maka hal ini akan menentukan karma yang
di-terima pada Masa kini.
Kita harus secepat-nya sadar ber-tobat, segera menambah perbuatan Kebajikan, agar
bagian “Kebajikan” lebih cepat ber-tambah dan lebih cepat mengurangi
karma kejahatan, kemudian terus menerus menambah Kebajikan, agar
kita secepat-nya bisa menerima karma Kebaikan. Ini-lah satu-satu-nya cara untuk mem-perbaiki nasib.
* * *
Pada waktu Dinasti Ming
ada seorang yang “Pandai” mem-perbaiki nasib diri-nya. Nama-nya Yuen Liauw Fan.
Dengan cara tak henti-henti-nya melakukan Kebajikan ia telah merubah
nasib-nya yang “Ber-usia Pendek”.
“Tak ber-Keturunan” dan “Tidak Ber-pangkat Tinggi”, hingga kelak ia menjadi seorang Teladan bagi yang hendak memperbaiki nasib.
Yuen Liauw Fan
adalah Orang Tiongkok
Selatan. Pada Masa muda
hidup-nya sangat-lah miskin, nafkah-nya didapatkan dari ketabiban.
Suatu hari ia pergi ke Kuil
Tse Yin She di-mana ia
ber-temu dengan seorang
yang sudah tua, yang ber-marga
Khong. Orang-nya ber-wajah luar biasa seperti Dewa dan ternyata pandai
nujum.
Lalu Tuan Yuen mengundang Bapak tua ini ke rumah-nya. Pertama Anggota Keluarga-nya yang di-ramal. Ternyata sangat cocok. Baru-lah giliran diri-nya sendiri.
Bapak Khong
ini ternyata sedikit pun tidak
ceroboh, ia ramal-kan
bahwa Tuan Yuen pada
ujian di Kabupaten akan
mendapat nomor (ranking) ke-14,
pada ujian di Tingkat Propinsi menduduki ranking ke-71, pada Tingkat Nasional menduduki ranking ke-9, namun ia hanya ber-pangkat kecil selama 3 Tahun, usia-nya akan ber-akhir pada Tanggal 4 Bulan Delapan ketika ia mencapai umur 53 tahun dan tak memperoleh Anak.
Pada Tahun ke-dua, semua tingkat ujian yang di-ramal-kan ternyata cocok sekali. Telah lewat
lagi 20 Tahun, semua yang
baik maupun yang buruk yang di-ramal-kan oleh Pertapa Khong tak ada yang meleset.
Karena-nya Tuan Yuen sangat yakin dan
percaya bahwa semua keberuntungan dan ke-naas-an
dalam hidup Manusia
telah di-takdir-kan, sedikit pun tak
dapat di-paksa-kan. Selanjut-nya ia tidak lagi ber-ilusi, segala-nya ia pasrah-kan pada nasib-nya.
Akhir-nya karena suatu urusan
penting Tuan Yuen pergi
ke Gunung Lew Shia
dekat Nan King, di-mana
ia ber-temu dengan
seorang Rahib Yin Ku
Tan Se.
Beliau telah men-jelas-kan temtang Hukum Karma, di-terang-kan pula tentang “Nasib ku-sendiri yang buat, rezeki ku-sendiri yang mohon”. Dan Beliau
menganjurkan serta mendorong Tuan Yuen jangan-lah menjadi si kerdil yang pasrah pada nasib.
Setelah men-dapat-kan penjelasan dan Yin Ku Tan Se, Tuan Yuen sadar
akan diri-nya. Ia ber-tekad merubah
nasib buruk-nya, sehingga ia ber-lutut di hadapan patung Buddha. Dengan sujud ia mengakui semua
dosa-dosa-nya dan ber-janji akan
merubah-nya, kemudian ia ber-janji akan melakukan 3.000 buah Kebajikan dan mohon kenaikan pangkat. Selanjut-nya ia men-catat semua Kebajikan dan kejahatan yang di-lakukan.
Tidak sampai 2
Tahun walau pun 3.000 buah Kebajikan
belum tercapai, dia sudah mendapat kenaikan pangkat.
Sekarang fakta
mem-bukti-kan bahwa ramalan Pertapa Khong tidak lagi
tepat. Namun Tuan Yuen
kurang tekun melakukan Amal-nya. Setelah lewat 10 Tahun ke 3.000 buah Amal Kebajikan baru tercapai dan ia telah mendapat kenaikan pangkat
lagi. Hal ini telah menyadarkan-nya
akan keuntungan memupuk dan melakukan Kebajikan.
Karena itu ia ber-sumpah akan
melakukan lagi Amal Kebajikan
sebanyak 3.000 buah, mohon di-karuniai Anak. Dan benar, belum lagi
se-tahun Istri-nya me-lahir-kan seorang Putra.
Istri-nya pun
sangat bijaksana, dengan rajin membantu Suami-nya menolong fakir miskin, atau me-lepas-kan Makhluk hidup, tiap hari rajin mem-baca Keng, me-luas-kan Amal Kebaikan, ter-kadang dalam satu
hari bisa mencapai 10 buah Kebajikan yang di-lakukan, sehingga 3.000 buah Amal Kebajikan tidak sampai 3 Tahun telah ter-penuhi.
Se-lanjutnya mereka meneruskan Amal Kebajikan hingga mencapai sepuluh ribu
buah lebih. Tanpa memohon perpanjangan usia, ternyata usia-nya telah mencapai 74 Tahun dan Putra-nya telah
lulus Sarjana, menjabat pangkat penting dalam Propinsi.
Demikian-lah kisah
nyata Tuan Yuen yang berani ber-tobat dan dalam jangka panjang tidak ber-henti
melakukan Amal Kebajikan
hingga dapat merubah “Nasib Buruk” yang telah di-takdir-kan.
Ini merupakan
cermin bagi Orang-orang
Masa kini dan selanjut-nya untuk mem-pelajari tentang Nasib,
sekaligus mem-bukti-kan bahwa dengan rajin
melakukan Kebajikan
dapat men-cipta-kan nasib baru bagi diri-nya sendiri.
* * * * * * * * * * *